Hadis Lemah Seputar Menarik Seorang Dari Shaf Depan

2013-01-26-09-27-56_deco

Pada pembahasan koreksi hadis kali ini, akan dibawakan tiga buah hadis dengan tambahan penjelasan ringkas yang dinukil dari ucapan Syaikh al-Albani rahimahullah pada kitabnya Silsilah al-Ahadîts adh-Dha’ifah wa al-Maudhu’ah, jilid 2, hal. 321-322, dan Syaikh Abu Usamah al-Hilali dalam kitabnya Mausu’ah al-Manahi asy-Syar’iyyah, jilid 1, hal. 462-463.

Teks Hadis

[1]. Hadis pertama

Dari Muqatil bin Hayyah bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا جَاءَ فَلَمْ يَجِدْ أَحَدًا فَلْيَخْتَلِجْ إِلَيْهِ رَجُلاً مِنَ الصَّفِّ فَلْيَقُمْ مَعَهُ فَمَا أَعْظَمَ أَجْرَ الْمُخْتَلِجِ

Apabila ada seseorang datang namun dia tidak mendapatkan teman, maka hendaklah ia menarik orang lain dari shaf untuk berdiri bersamanya, dan alangkah agungnya ganjaran orang yang menarik tersebut.

Syaikh Abu Usamah al-Hilali berkata: “Hadis ini lemah, al-Baihaqi menyandarkan hadis ini kepada Abu Dawud dalam kitabnya al-Marasil.”

Lalu beliau berkata: “Muqatil bin Hayyah adalah perawi yang lemah.”

[2]. Hadis kedua

Dari Wabishah radhiyallahu ‘anhu ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melihat seseorang shalat sendirian di belakang shaf-shaf lalu beliau bersabda:

أَيُّهَا الْمُصَلِّي وَحْدَهُ، أَلاَ وَصَلْتَ إِلَى الصَّفِّ أَوْ جَرَرْتَ إِلَيْكَ رَجُلاً فَقَامَ مَعَكَ، أَعِدِ الصَّلاَةَ

Hai orang yang sedang shalat sendirian, mengapa engkau tidak bergabung dengan shaf atau menarik seseorang untuk berdiri bersamamu, ulangilah shalatmu.

Syaikh Abu Usamah al-Hilali berkata: “Hadis ini sangat lemah, telah dikeluarkan oleh Abu Ya’la, no. 1588, dan al-Baihaqi, jilid 3, hal. 105, dan ia melemahkannya. Al-Hafizh juga melemahkan hadis ini dalam kitabnya at-Talkhish al-Habir, jilid 2, hal. 37.”

Beliau juga berkata: “Sanadnya sangat lemah.”

Ada riwayat lain yang hampir sama dengan hadis di atas. Riwayat tersebut berbunyi:

Dari Wabishah bin Ma’bad, bahwasanya ada seorang yang shalat sendiri di belakang shaf, lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadanya:

أَلاَ دَخَلْتَ فِي الصَّفِّ، أَوْ جَذَبْتَ رَجُلاً صَلَّى مَعَكَ؟! أَعِدِ الصَّلاَةَ

Mengapa engkau tidak masuk ke shaf atau menarik orang lain untuk shalat bersamamu?! Ulangilah shalatmu.”

Hadis dengan lafal seperti ini sangat lemah (dha’if jiddan), sebagaimana yang ditegaskan oleh Syaikh al-Albani rahimahullah. Beliau berkata: “Komentar saya (tentang hadis ini): Bahkan sanadnya sangat lemah sekali. Lihat Silsilah al-Ahadits adh-Dha’ifah wa al-Maudhu’ah, no. 922.

 [3]. Hadis ketiga

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا انْتَهَى أَحَدُكُمْ إِلَى الصَّفِّ وَقَدْ تَمَّ، فَلْيَجْذِبْ إِلَيْهِ رَجُلاً يُقِيْمُهُ إِلَى جَنْبِهِ

Apabila seorang dari kalian sampai di shaf, sementara shaf tersebut telah sempurna (penuh), maka hendaklah ia menarik seseorang untuk berdiri bersama di sebelahnya.”

Tentang hadis ini Syaikh al-Albani rahimahullah berkomentar: “Hadis ini lemah.” Lihat Silsilah al-Ahadits adh-Dha’ifah wa al-Maudhu’ah, no. 921.

Sedangkan Syaikh Abu Usamah berkomentar: “Hadis ini palsu.”

Beliau juga berkata: “al-Haitsami berkata dalam kitab Majma’ az-Zawa`id, jilid 2, hal. 96: (Hadis ini) sangat lemah. Al-Hafizh berkata dalam at-Talkhis al-Habir, jilid 2, hal. 37: Sanadnya lemah sekali.”

Solusi

Syaikh Masyhur Alu Salman hafizhahullah mengatakan: “Di antara kesalahan mereka (makmum, red), apabila tidak mendapatkan celah atau tempat (kosong) pada shaf, ia langsung menarik seorang dari shaf paling akhir untuk dijadikan shaf bersamanya, padahal hadis-hadis yang menerangkan tentang hal ini tidak sah. Seolah-olah amalan ini dijadikan syariat meskipun tanpa ada dalil yang sahih. Tentu saja hal ini tidak boleh. Akan tetapi yang wajib baginya adalah bergabung bersama shaf sekiranya itu memungkinkan. Jika tidak, maka ia salat sendiri (di belakang shaf terakhir) dan salatnya sah, sebab Allah tidak membebani diri melebihi kemampuannya.” (Al-Qoul al-Mubin fî Akhtha` al-Mushallin, hal. 222)

Tinggalkan komentar